Mitos dan Hal Tabu Yang Berkembang Di masyarakat Sunda

           Dalam Kehidupan masyarakat sunda jaman dulu banyak sekali larangan atau hal tabu yang tidak boleh di lakukan oleh suku Sunda, dan hal itu berkembang dengan istilah PAMALI , walau pun saat ini hal tersebut sudah jarang di ikuti oleh generasi saat ini, tetapi mungkin kita masi dapat mengambil sebuah pelajaran dan pegangan hidup, karena dari hal itu ada sebuah khazanah adi luhung dan kearifan lokal  dari budaya Sunda yang patut kita lestarikan. 
          Aturan dan pantrangan Pamali itu terjadi kemunkinan tak lepas dari karakteristik masyarakat Sunda itu sendiri yang berpegang teguh pada adat, yang di antaranya : 

1. Tarapti : kehidupan masyarakat sunda selalu tertib dalam hal apa pun
2. Siloka : .dalam mengungkap kan sesuatu masyarakat Sunda tidak pernah secara langsung tapi menggunakan gambaran atau kiasan hingga tidak menyinggung orang lain.
3. Ramah Tamah Someah Hade Kasemah : selalu menghormati tamu atau siapapun  juga.
4. Teu Adigung Adiguna Luhur Kuta Gede Dunya :  tidak Sombong
5. Handap Asor : Selalu menghargai orang lain


Dan ini hanya Sebagian saja dari karakteristik masyarakat Sunda pada umumnya, 

beberapa hal yang tidak boleh di lakukan oleh Suku Sunda :

1. Ulah tatalu ti peuting _ Dilarang memukul mukul sesuatu yang mengeluarkan bunyi kata orang tua nati suka banyak tikus, 
Secara logika : Kalau memukul mukul sesuatu dan menimbulkan bunyi akan berisik dan mengganggu orang lain, karena malam hari waktunya orang untuk istirahat.

2. Ulah neukteukan kuku ti peuting 
Jangan memotong kuku pada malam hari
Logika : Karena mungkin jaman dulu tidak mengenal gunting kuku, yang di gunakan untuk memotong adalah alat tajam, di tambah belum ada nya listrik, maka kalau memotong malam hari bisa mencidrai diri kita.

3. Ulah meuli uyah ti peuting   
Membeli garam pada malam hari.

4. Ulah meuli cengek ti peuting > 
Membeli cengek pada malam hari.
Logika : Kedua hal di atas adalah merupakan bagian kebutuhan hidup sehari-hari jadi harus selalu tersedia.

5. Ulah ngaheot ti peuting > Suka ada yang mengikuti..
Jangan bersiul pada malam hari
Logika : Sebenarnya bersiul selain menandakan kita sedang senang/ceria akan tetapi ada makna kesombongan,angkuh meskipun dilakukan pada siang hari apalagi dekat orang yang usianya di atas kita.

6. Silisiaran ti peuting > Suka dideketin mahluk alam lain
Mencari kutu rambut malam hari.
Logika : Selain makna syiar islam atau lebih baik mengerjakan yang lebih bermanfaat juga karena malam hari gelap,lebih baik tidur.

7. Meuli barang seukeut ti peuting 
Membeli barang tajam pada malam hari,seperti pisau,silet.
Logika : Kemungkinan penyalahgunaan barang untuk hal negative.

8. Ulah niup suling ti peuting > Mendatangkan Harimau gaib
Jangan meniup suling pada malam hari.
Logika : Makna syiar Islam,lebih baik membaca Al Qur’an atau tidur saja.

9. Ulah kaluar imah sareupna > Bisi ku sanekala
Jangan keluar rumah menjelang malam.
Logika : makna syiar Islam,karena biasanya menjelang maghrib semua pergi ke Masjid untuk belajar baca tulis Al Qur’an kemudian sholat berjamaah.
Yang ini sekarang sedang digalakan oleh pemerintah dan kita harus mendukungnya.

10. Ulah mawa budak leutik kaluar imah ti peuting > Suka dideketin mahluk halus
Jangan bawa anak balita keluar rumah malam hari
Logika : Udara malam sensitive untuk anak terutama balita.

11. Ulah cicing di lawang panto > bisi nongtot jodoh
Jangan diam di muka pintu.
Logika : Selain menghalangi orang lain keluar masuk ruangan juga kenapa tidak duduk saja di kursi atau diluar saja.

12. Ulah muka paisan > Suka melakukan hubungan suami diluar nikah (laki-laki)
Jangan membuka bungkus pepes. 
Logika : Pepes ikan atau pepes apapun mayoritas suka,dan lebih baik di buka oleh wanita yang biasanya bisa membagikannya secara adil dan biasanya laki-laki satu pepesan bisa habis…he he he.

13. Ulah dahar bari di tanggeuy > Menghormati Dewi padi
Jangan makan dengan piring di tangan.
Logika : Dikhawatirkan tumpah.

14. Ulah dahar bari ngobrol > Menghormati Dewi Padi
Jangan makan sambil ngobrol.
Logika : Dikhawatirkan tersedak.

15. Ulah Ngaremeh > Menghormati Dewi padi.
Jangan menyisakan nasi di piring sebutir-pun.
Logika : Belajar hidup sehat dan bersih,beryukur karena kita masih bisa makan.

16. Ulah dahar bari ceceplak 
Jangan makan dengan lidah bersuara.
Logika : Mebuat jijik teman makan disekitar kita.

17. Ulah dahar dina coet > Suka mendapatkan jodoh yang lebih tua (kakek-kakek atau nenek-nenek)
Jangan makan beralaskan cobekan. 
Logika : Cobekan biasanya terbuat dari batu dikhawatirkan kerikilnya termakan.


     Mungkin ini hanya sebuah budaya namun jika dilihat secara logika ada benarnya juga, dan ini merupakan warisan dari orang tua kita yang patut di lestarikan. 


Comments

Popular posts from this blog

Kampung Adat Di Tatar Sunda